Kamis, 11 Agustus 2011

MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL

Oleh:

Hanung A. Mulyadi

Staf Peneliti LIPI Ambon

Bertepatan dengan puncak penyelenggaraan event Sail Banda 2010, tepatnya tanggal 3 Agustus kemarin, bapak presiden RI berencana untuk mencanangkan Provinsi Maluku sebagai daerah lumbung ikan nasional. Tetapi, rencana tersebut urung dilakukan mengingat infrastruktur yang belum siap sehingga pencanangan tersebut ditangguhkan.

Jika menilik rekam jejak data produksi perikanan tangkap di laut antara tahun 2001 sampai 2006, kita boleh berbangga dengan adanya grafik yang meningkat. Tercatat Provinsi Maluku membukukan kenaikan sekitar 24 persen dari produksi perikanan tangkapnya antara tahun 2001 sampai 2006 (DKP, 2006). Secara lebih lanjut, disebutkan bahwa pada tahun 2006 sekitar 400 ribu ton produksi perikanan tangkap kita hasilkan. Masih di tahun yang sama, bila kita bandingkan dengan data produksi perikanan tangkap dari provinsi yang lain, maka terlihat bahwa Maluku tercatat sebagai provinsi dengan persentase kenaikan produksi perikanan tangkap terbesar di Indonesia.

Apabila dihitung dengan nominal rupiah, besarnya produksi perikanan tangkap di Maluku mencapai kisaran 2.6 milyar pada tahun 2006. Nilai tersebut menempati urutan tertinggi kedua setelah Sumatera Utara dengan kisaran value 3 milyar untuk produksi perikanan tangkapnya. Ikan Tuna berkontribusi sekitar 26 juta, ikan Cakalang dan Tongkol mencapai 60 juta, produksi Udang 27 juta, dan produk perikanan lainnya sekitar 2.5 milyar (DKP, 2006). Memang terlihat bahwa potensi perikanan tangkap di provinsi Maluku cukup besar dan memiliki kontribusi yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan ikan baik bagi masyarakat Maluku sendiri, secara nasional, maupun untuk tujuan ekspor.

POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN

Dilihat dari sektor produksi perikanan tangkapnya maka potensi perikanan laut di Provinsi Maluku memang menjanjikan yaitu menunjukkan grafik persentase yang meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi ada hal yang perlu mendapat perhatian kita, yaitu keseimbangan antara total jumlah produksi tangkapan dengan keseimbangan ekosistem alaminya dalam hal ini jumlah (stok) populasi sumberdaya perikanannya atau lebih dikenal dengan jumlah tangkapan yang lestari. Diharapkan kondisi berimbang ini dapat dipertahankan secara berkelanjutan, dan seiring dengan optimalisasi hasil produksi perikanan tangkapnya, maka upaya untuk meningkatkan hasil produksi perikanan dapat dilakukan melalui sektor budidaya. Selain dapat meningkatkan total produksi perikanan total di Provinsi Maluku, budidaya merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi gejala tangkap berlebih (overfishing) yang disebabkan karena semakin meningkatnya upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan.

Begitu juga untuk kualitas sumberdaya manusianya, banyak putra-putri terbaik Maluku yang berpotensi dan siap melakukan tugas serta kewajibannya untuk berpartisipasi memajukan sektor perikanan di Maluku. Adanya sekolah tinggi di bidang perikanan dan beberapa universitas yang menjadi “kawah candra dimuka” dan merupakan ajang untuk mengasah keterampilan bagi generasi muda Maluku agar lebih siap berkompetisi baik di level lokal maupun nasional.

Dengan besarnya potensi kekayaan sumberdaya perikanan dan sumberdaya manusianya, maka peluang untuk suksesnya pencanangan program Maluku sebagai lumbung ikan nasional dapat diharapkan. Hal ini juga dapat membuka peluang bagi pihak swasta yang berminat untuk berinvestasi di Maluku pada sektor-sektor unggulan, dalam hal ini bidang perikanan. Peningkatan nilai tambah dari produksi hasil perikanan tangkap dapat dilakukan dengan pembangunan dan pengembangan industri pengolahan, begitu juga untuk hasil perikanan budidaya seperti rumput laut dan produk perikanan lainnya.

Berkaitan dengan upaya pencanangan Maluku sebagai daerah lumbung ikan nasional, tentu tidak dapat lepas dari tantangan yang harus dihadapi sebagai konsekuensi hal tersebut. Tantangan besar telah menanti kita semua, beban itu tidak akan mampu bila hanya dibebankan pada beberapa sektor atau instansi terkait saja, atau hanya mengandalkan investor yang tertarik berinvestasi di Maluku. Masih terkait dalam hal ini, wakil menteri perindustrian, Bapak Prof. Alex Retraubun menyampaikan pesan singkat tentang besarnya tantangan yang harus kita hadapi dan bagaimana kita harus bijak dalam menyikapi pencanangan Maluku sebagai lumbung ikan nasional dalam pidato pembukaan acara simposium nasional dengan tema ”Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan” yang selaras dengan penyelenggaraan event Sail Banda 2010.

Ditangguhkannya pencanangan Maluku sebagai daerah lumbung ikan nasional dengan pertimbangan belum siapnya infrastruktur di sektor terkait, dalam hal ini sektor perikanan menjadi tantangan tersendiri dan merupakan bahan evaluasi bagi semua pihak. Semoga, ditangguhkannya pencanangan ini bukan berarti batal ataupun urung sama sekali untuk dilakukan. Masih ada waktu untuk berbenah. Peran penting semua pihak, yaitu koordinasi yang baik dan efektif antara pembuat kebijakan (regulator) dalam hal ini pemerintah daerah dan praktisi, akademisi, serta investor dan masyarakat Maluku mempunyai sumbangsih yang besar demi terwujud dan suksesnya impian mulia ini.

Publikasi : Ambon Ekspres, 28 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar